Kalau tidak merokok


Waktu itu aku masih sangat kecil. Awal tahun 80-an. Aku berusaha mengingatnya. Satu hari, emak mengajakku ke rumah sakit. Bapak terbaring di atas sebuah tempat tidur di rumah sakit. Kota Manna, ibu kota kabupaten Bengkulu Selatan, saat itu hanya memiliki satu rumah sakit umum dan belum ada rumah sakit atau klinik swasta. Bapak terbaring lemah di situ. Tak terpikirkan olehku kalau Bapak sakit keras karena kebiasaan merokok. Ia harus menerima kenyataan bahwa akhirnya ia harus dirawat. Setelah besar baru kuketahui Bapak pernah menjadi perokok berat. Ia katakan pernah menghabiskan lebih dari satu bungkus rokok setiap harinya. Keluar dari rumah sakit, Bapak berusaha keras untuk tidak merokok lagi. Akhirnya, ia berhasil melewati masa-masa sulit untuk menyesuaikan diri menjadi orang yang tidak merokok.

Read More......

Seperti telur Cicak

Dalam satu lokakarya, di meja peserta yang bentuknya ditata seperti huruf U tersedia permen rasa mint. Di dalam mangkok kecil yang letaknya persis di depan saya, bentuk, warna, serta ukuran permen itu persis sama dengan telur Cicak. Sembari mengambil satu, saya nyeletuk ke teman di sebelah saya, "kayak telur cicak ya". Myra, yang duduk di sebelah teman saya itu langsung merasa tertarik untuk berkomentar.

Beda halnya dengan anak-anak masa sekarang, yang hidupnya di kota, lebih akrab dengan TV dan dengan mainan yang serba terbuat dari plastik, elektronik serta digital pula. Anak-anak ini lebih dulu mengenal permen mirip telur cicak ketimbang telur cicak itu sendiri. Saat menemukan telur cicak, maka mereka akan mengatakan "ada telur yang mirip permen". Generasi yang usianya sudah 30 atau di atasnya, kebanyakan lebih mengenal telur cicak itu daripada permen yang mirip dengannya. Ketika bertemu permen ini, langsung saja kita mengatakan permen ini mirip telur cicak. Masa kanak-kanak, mereka hanya mengenal sedikit sekali bentuk-bentuk permen. Apalagi rasanya, paling-paling hanya rasa mint dan jeruk.

Read More......

Agar aman ketika naik Taksi

Sering ada berita peristiwa perampokan yang dialami oleh penumpang taksi. Umumnya terjadi pada malam hari. Kebanyakan penumpangnya adalah perempuan, meski bisa juga menimpa penumpang laki-laki. Mereka yang terjebak pada peristiwa naas ini seringkali karena menumpang pada taksi yang berlabel "Tarif Lama". Saya sendiri suka naik taksi dengan label itu, namun tentu saja masih harus pilih-pilih mana taksi yang punya citra "baik dan bertanggung jawab".

Menggunakan taksi merupakan pilihan bagi saya untuk tujuan tertentu dan waktu tertentu. Saya akan naik taksi untuk ke bandara, menghadiri undangan suatu kegiatan yang letaknya jauh macam Bogor, pulang dari kantor ke rumah ketika hari sudah pukul 23.00 atau sudah tengah malam, saat hujan lebat yang tidak memungkinkan saya untuk menyewa tukang ojek. Yang lebih sering sebenarnya ketika mewakili kantor menghadiri undangan atau pulang ke rumah pada tengah malam.

Read More......

Membeli produk negeri sendiri

Koran Sindo sore tanggal 1 Mei 2007 lalu memuat laporan singkat yang menarik. Namto Hui Roba, Bupati Halmahera Barat, bersumpah tidak akan makan nasi selain dari beras produksi daerahnya. Ia melakukan sumpah ini di hadapan tokoh adat di daerahnya.

Mulai sekarang, saya tidak akan makan nasi selain beras produksi daerah ini. Sebelum ada beras produksi daerah ini, saya akan makan umbi-umbian dan sagu.


Luar biasa. Ini yang sangat saya impikan selama ini: kemandirian sebuah bangsa ditunjukkan oleh langkah-langkah nyata para pemimpinnya. Bagaimana mungkin rakyat dipaksa mencintai produksi dalam negeri sementara pemimpinnya, dari rambut sampai kaki, bahkan yang masuk ke dalam mulutnya, lebih banyak produksi luar negeri. Saat awal krisis tahun 1997/1998, Putri Soeharta mengajak semua orang mencintai rupiah. Sementara, keluarga dan orang-orang tedekat Soeharto sendiri menyimpan uang dalam jumlah tak terbatas di luar negeri.

Read More......