Tukang ojek langganan



Sudah lebih 6 bulan terakhir saya naik ojek kalau ke kantor. Tidak langsung dari rumah, hanya dari depan kampus UKI Cawang menuju jalan Latuharhari di Menteng. Memang memakan uang transport lebih mahal ketimbang menggunakan bisa kota. Namun, waktu tempuh ojek dari Cawang ke Menteng lebih cepat, yakni 25 menit berbanding 50-an menit jika naik bis kota. Jadi, ongkos lebih mahal berbanding lurus dengan waktu perjalanan yang lebih cepat. Cara ini saya tempuh, juga sebagai konsekuensi saya berangkat dari rumah agak siangan, karena keinginan untuk bermain dengan anak di pagi hari.

Read More......

Saya dan anak kami sehari-hari



Setiap hari saya berangkat kerja agak siang, kira-kira pukul setengah delapan. Tidak seperti teman-teman commuter lainnya yang berangkat ke tempat kerja pada pukul enam atau lebih pagi, saya sengaja berangkat "agak siangan". Alasannya sederhana namun penting. Setiap hari saya tiba di rumah sudah malam, sekitar pukul dua puluh atau dua puluh satu. Sering pada jam-jam itu anak saya sudah tidur pulas sehingga saya tidak memiliki waktu bermain dengannya selain pada hari Sabtu dan Minggu. Karena saya tidak ingin kehilangan kesempatan bermain dan mencurahkan kasih sayang pada anak, maka saya harus menyediakan waktu di pagi hari untuknya.

Read More......

Masker dan Polusi Jakarta

Kemarin, saya pulang dari tempat kerja dengan menumpang angkot. Memasuki kendaraan itu saya melihat satu penumpang yang menggunakan masker hitam yang panjangnya hingga ke dada. Satu tangan saya menggenggam slayer yang saya lipat tiga dan saya gunakan untuk menutup hidung. Saya tersenyum, karena saya dan laki-laki itu mengalami hal yanga sama: berusaha melindungi diri dari polusi udara. Dia menggunakan masker untuk menutup hidung, sementara saya hanya menggunakan sehelai slayer.

Setahun terakhir saya sering sekali sakit. Nyaris hampir setiap 2 bulan sekali saya harus menemui dokter untuk mengecek sakit apa yang menghinggapi kali ini. Saya sering batuk hebat, terutama di hari kerja. Hari Sabtu dan Minggu batuk saya mereda atau tidak sehebat hari-hari lain. Saya juga sering sakit kepala. Bahka minggu lalu seluruh badan dan kepala saya terasa sakit. Sekitar setengah tahun lalu saya diperiksa dokter, mulai dari paru-paru, dahak, dan darah. Semuanya dicek di laboratorium. Hasilnya, kecurigaan dokter bahwa saya sakit TBC nihil. Melihat saya batuk-batuk hebat, dokter itu menyimpulkan saya alergi AC dan juga udara kotor Jakarta. Dengan bercanda dokter itu berkata, sebaiknya Anda bekerja di sebuah tenda yang tidak ada AC-nya. Ah, saya agak tersinggung sebenarnya. Bekerja di ruang terbuka terkena polusi udara. Bekerja di ruang tertutup tidak kuat AC. Karena saya anak seorang petani, apa lebih baik saya pulang ke desa dan bercocok tanam saja ya?

Read More......

Tegur sapa yang menyehatkan

Anda pernah menyapa dan tersenyum pada seseorang atau sekelompok orang ketika melewati sebuah jalan yang belum pernah atau jarang Anda lewati? Misalnya saja dengan mengucapkan, "permisi, numpang lewat", "punten Pak, Bu", "Nderek langkung". Bagaimana reaksi orang itu saat Anda sapa? Tentu sebagian besar dari mereka akan menjawab dengan ramah. Meski ada juga yang cuma mendehem atau diam, saya yakin kebanyakan orang yang kita sapa akan menjawab ramah, setidaknya dengan berucap "mari mari", "monggo", atau "Mangga". Tak jarang pula mereka akan menjawab dengan pertanyaan ramah, "Dari mana mas?", "Mau kemana?".

Saya berusaha terus melakukan ini. Maklum, hidup di kota membuat keramahan dan kehangatan hubungan antar manusia semakin sirna. Saya merasa selama dua tahun mulai menghirup udara Jakarta, tinggal di Bogor yang sudah perbatasan dengan Jakarta pula, kehangatan hubungan dengan sesama sangat kurang. Saya lahir dan besar di Bengkulu dan sempat hidup di Yogyakarta selama 7 tahun. Di Yogyakarta, meski banyak pendatang yang malas bertegur sapa dengan penduduk setempat, saya melihat masih ada juga diantara mereka yang mau menyapa saat berpapasan atau melewati orang-orang yang kebetulan sedang ngobrol di pinggir jalan.

Read More......

Saya Sakit...

Sejak Sabtu saya hanya bisa berbaring di tempat tidur. Badan demam, kepala nyeri serta seluruh tulang dan badan terasa sakit pula. Liburan akhir pekan kali ini harus saya isi dengan istirahat dan kontemplasi.

Awalnya pada Jumat sore. Saya dan beberapa teman mengunjungi seorang ibu anggota Gerakan Perempuan Pembela Buruh Migran (GPPBM), yang rumahnya tidak jauh dari kantor saya bekerja di kawasan Menteng. GPPBM adalah organisasi mitra kantor saya. Ibu ini juga sedang sakit dan akan berobat ke Eropa. Saat kami tiba di rumahnya ternyata si Ibu sedang berada di klinik. Akhirnya kami pulang. Sementara yang lain pulang dan ke tempat tujuan yang berbeda, saya kembali ke kantor untuk mencetak beberapa dokumen yang akan diedit. Sejak sore itu filek saya sudah semakin terasa. Hidung mulai panas dan (maaf) ingus mulai tidak mau berhenti mengalir. Saya paksakan juga untuk kembali ke kantor meski sudah pukul 17.

Read More......

Sedada Orang Dewasa

Untuk saudara-saudaraku yang terkena banjir di Jakarta dan sekitarnya, saya turut prihatin, dan saya doakan semoga mendapatkan kemudahan dalam menghadapi musibah ini.

Sejak Sabtu hingga Selasa kemarin saya tidak berada di Jakarta. Sabtu - Minggu saya di rumah karena merupakan hari libur, serta hujan tidak henti-hentinya membuat saya tidak bisa kemana-mana. Sampai-sampai saya belum bisa membenahi atap rumah tinggal, supaya air tidak lagi merembes ke ruang tengah saat hujan lebat. Hari Senin dan Selasa saya tidak bekerja karena sakit gigi (lebih tepatnya gusi dan dinding mulut sebelah kiri bengkak hebat karena geraham paling dalam bagian atas tidak memiliki pasangannya sehingga menggigit gusi dan dinding mulut). Praktis, saya tidak ikut merasakan banjir dan hujan lebat di Jakata seperti pada hari rabu hingga jumat minggu lalu. Saya hanya mendengarkan berita dari radio tentang banjir yang semakin hebat di Jakarta.

Read More......

Banjir Jakarta

Hujan kali ini benar-benar luar biasa. Sudah dua hari tidak juga mau berhenti. Ada jeda, dari lebat menjadi gerimis, lalu menjadi lebat kembali. Hari ini, perjalanan dari rumah menuju kantor membutuhkan waktu hampir 4 jam. Tadi pagi-pagi saya simak siaran radio. Elshinta memberitakan bahwa Jakarta banjir.

Jalanan macet di mana-mana. Ada banyak bis dan kendaraan pribadi yang balik arah dari Tangerang menuju Jakarta. Tidak sedikit yang nekad melewati genangan air di jalan, akhirnya kendaraan mereka macet. Pekerja, anak-anak sekolahan, dan calon penumpang lainnya terpaksa kembali ke rumah karena lama menunggu di pinggir jalan, ternyata banyak bis kota dan angkot yang tidak berani narik pagi ini karena jalanan banjir.

Read More......

Hujan, macet dan terlambat

Hari rabu kemarin saya kehujanan. Sejak sekitar pukul 4 pagi saat saya bangun tidur, tempat tinggal saya di Ciangsana, Gunung Puteri, Bogor diguyur hujan. Sampai pukul 06.30 hujan tidak kunjung reda. Padahal saya harus ke Hotel Shangri-La untuk mengikuti Workshop dan Peluncuran buku VoIP Cikal Bakal Telkom Rakyat yang ditulis oleh Onno W. Purbo. Majalah INFO Komputer menyelenggarakan acara ini. "Sudah bayar mahal, masak tidak datang", pikir saya. Lagi pula saya kan ingin tahu perkembangan teknologi.

Read More......