Saya dan anak kami sehari-hari



Setiap hari saya berangkat kerja agak siang, kira-kira pukul setengah delapan. Tidak seperti teman-teman commuter lainnya yang berangkat ke tempat kerja pada pukul enam atau lebih pagi, saya sengaja berangkat "agak siangan". Alasannya sederhana namun penting. Setiap hari saya tiba di rumah sudah malam, sekitar pukul dua puluh atau dua puluh satu. Sering pada jam-jam itu anak saya sudah tidur pulas sehingga saya tidak memiliki waktu bermain dengannya selain pada hari Sabtu dan Minggu. Karena saya tidak ingin kehilangan kesempatan bermain dan mencurahkan kasih sayang pada anak, maka saya harus menyediakan waktu di pagi hari untuknya.

Zahid, anak laki-laki kami, bangun tidur sekitar pukul lima pagi. Pukul setengah enam sampai setengah tujuh saya dan dia akan berjalan-jalan di sekitar komplek perumahan tempat kami tinggal. Melewati jalan-jalan di komplek rumah, kami akan menemui beberapa lampu penerangan jalan masih hidup. Anak saya akan segera meminta saya untuk menggendong supaya ia bisa menjangkau saklar lampu itu dan mematikannya. Aktifitas mematikan lampu ini terasa sangat menyenangkan baginya.

Jika kami menemui ayam, kucing, sepeda motor, mobil dan benda lainnya, Zahid akan menyebutkan nama mereka satu-satu. Ini melatih ingatannya akan benda-benda yang ia temui. Jika ada sesuatu yang ia belum tahu, maka saya akan menyebutkan nama benda-benda itu. Tak hanya hewan dan benda-benda, jika bertemu tetangga Zahid akan memanggi sesuai sapaannya untuk mereka, Bude, Pakde, Mas, Mbak, atau bahkan jika ia tahu namanya, maka ia akan menyapa, Kak Dinda, Kak Aisyah, Mbak Nia, Mas Teguh.

Beberapa jalan yang kami lalui, di sisinya terdapat selokan kecil dan satu yang besar sebagai selokan utama yang membelah area perumahan. Jika semalam hujan agak lebat, air di selokan utama telihat lebih banyak dan mengalir deras. Zahid akan menunjuk ke situ sambil mengatakan "dalam, hi...". Ini menandakan bahwa ia sendiri takut mendekat ke situ karena selokannya dalam, berbahaya kalau ia sampai jatuh ke dalamnya. Jika di pinggir selokan di depan rumah penduduk terdapat semacam tempat duduk santai, disemen dengan rapi dan tampaknya memang sengaja untuk tempat bersantai, maka Zahid akan duduk di situ. Lalu ia akan mengatakan pada saya, "Ayah, duduk sini". Saya akan mengikuti keinginannya. Biasanya tidak sampai satu menit duduk di situ, ia akan berdiri dan mengajak saya berjalan-jalan lagi.

Setiap hari kosa kata yang diperoleh Zahid selalu bertambah. Mungkin karena ia memperhatikan teman-teman bermainnya di sekitar rumah yang rata-rata sudah sekolah di SD. Anak-anak tetangga kami senang sekali mengajak Zahid bermain. Lucu juga, Zahid yang masih 18 bulan sudah punya banyak teman yang lebih besar. Selain itu, saya dan istri menyediakan mainan dan buku-buku cerita bergambar untuk Zahid di rumah. Karena Zahid belum bisa membaca dan hanya melihat saja, tidak heran kalau anak-anak tetangga yang membaca di rumah kami. Sesekali Zahid pun memegang buku, mengamati gambar-gambar di situ, dan menyebutkan benda apa saja di dalamnya. Dengan banyaknya anak-anak yang datang ke rumah, maka Zahid pun akan merasa senang punya banyak teman. Saya dan istri berencana menjadikan rumah tinggal kami ini sebagai rumah baca, sehingga anak-anak di sekitar kami akan memanfaatkan waktu luangnya bersama buku-buku.

Jalan-jalan pagi bersama Zahid biasanya hingga pukul setengah tujuh. Kemudian saya mengeluarkan sepeda motor untuk dipanaskan sebab istri akan memakainya ke tempat kerja. Setelah sekitar sepuluh sampai lima belas menit, saya mengendarainya untuk berkeliling lagi bersama Zahid. Ini memakan waktu lebih kurang lima belas menit. Setelah itu saya dan Zahid pulang. Biasanya istri sudah menunggu di depan rumah. Lalu dengan sepeda motor itu istri saya berangkat ke tempat kerja. Kadang Zahid ngambek sebab Ibunya akan berangkat kerja. Biasanya dia tidak mau bersalaman dan mencium tangan ibunya. Kalau betul-betul kecewa, Zahid akan menangis. Saya mencoba menyabarkannya dan mengatakan kalau Ibunya akan pulang sore hari, sehingga Zahid bisa bermain dengan Ibu.

Begitulah pembagian waktu saya dan istri untuk bersama anak kami. Di pagi hari, sayalah yang akan mengajak Zahid bermain. Sore hari, karena istri bisa pulang lebih cepat dari saya, maka istri saya yang akan bermain dengannya. Selain itu, Zahid belum 2 tahun, jadi masih minum ASI. Sore, malam, hingga keesokan paginya, Zahid lebih banyak "nempel" sama ibunya.

Sabtu dan Minggu adalah hari keluarga bagi kami. Di hari ini, Zahid kami ajak jalan-jalan, entah melihat kampung di sekeliling, berkunjung ke rumah teman dan keluarga, atau bermain ke Kota Wisata yang letaknya hanya berjarak lima menit dengan sepeda motor. Karena itulah, saya akan kecewa kalau ada kegiatan kantor di hari libur. Kecuali kalau tugasnya harus ke luar kota, saya pikir itu tidak masalah, toh biasanya adahari libur kompensasi dari kantor. Buat saya, keluarga adalah segalanya.

0 comments

Post a Comment