Tahu lagu "Jogjakarta" yang dinyanyikan oleh Kla Project? Lagu ini melambungkan Kla Project di awal 1990-an. Bahkan beberapa kali mendapat penghargaan. Tak hanya saat itu, hingga sekarang pun orang masih banyak yang menyukai lagu ini. Saya salah satunya. Bukan karena 7 tahun hidup di Jogja, namun beberapa tahun sebelum itu saya memang sudah menyukainya. Barangkali, karena lagu itu pula saya memilih ke Jogja selepas SMA.
Terlalu banyak kenangan saya pada Jogja. Tentang sekian banyak pengalaman hidup luar biasa, teman-teman yang menginspirasi dan berasal dari seluruh penjuru negeri, keramahan penduduk di Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, Sleman, bahkan para pedagang di Bringharjo. Oh ya, juga tak 'kan lupa, saya pun punya pacar di sana.
Sebenarnya saya menulis catatan ini karena sedang mendengarkan lagu Katon Bagaskara "Jogja, Cinta Tanpa Akhir". Lagu ini membangkitkan kenangan saya pada Jogja. Suara gamelan Jawa yang di-aransemen oleh seniman gamelan terkenal Sapto Raharjo membuat kaya nuansa Jogja pada lagu ini. Saya mendengarkannya untuk pertama kali pada malam sekatenan tahun 2003. Malam itu Katon bercerita bahwa lagu ini dia bawa ke beberapa Negara untuk mempromosikan Jogja sebagai tujuan wisata budaya. Menarik sekali, saat lagu dinyanyikan, pada layar di sebelah panggung terlihat video klip yang menggambarkan suasana Jogja yang membuat daerah ini layak dikunjungi wisatawan.
Saya mencoba mengetik lirik-lirik lagunya, mudah-mudahan tidak salah menyimak:Jogja Cinta tanpa akhir
Intro:
Gumregah Merapi anyundhul langit
Padhang mbulan in candhi Prambanan
Keraton pusering buddhi
Candik ayu ing kidul
Membekas... jejakku di pantai berpasir
Deru parangtritis memanggil
Sekian lama merebut hidup tanpa akhir
Saatnya kumanja nurani
Ada haru di sela ombakmu
gamelan lirih melenakan kalbu
(Ana rasa trenyuh kapit ombak ira
Gamelan rep anyirep ati)
termangu ku di situ
Asyik terpukau
Lalu lalang orang di jalan
Ramai sepeda beriringan
Senyum menawan
Wajah ramah memberi salaam
Hati terhanyut damai tentram
anggun gemulai sang dewi penari
bawa legenda putri di taman sari
(Merak ati sang dewi kang luwes ambeksa
Ambabar caritaning putri ing Tamansari)
Betapa mesranya budaya menyapa
Janganlah dulu, waktu berlalu
Biar kureguk pesonamu
Lalu melepas beban di dada
Kala susuri kota
Setiap waktu kini berpadu
Pada kenangan tak berlalu
Segenap rasa.. dariku t'rus mengalir
Cinta tanpa akhir
untuk Jogja
Kutitip rindu di bangunan tua...
Romansa Jawa membuai tak terasa
Betapa lugunya, budaya menyapa
Coda:
Sapa kan tetirah ing ngayogya
Rasa tentrem angelus nala
Bumi saya prasaja
Terima kasih untuk Katon yang telah mencipta lagu bagus ini. Terima kasih pula untuk Sapto Raharjo untuk alunan gamelan yang kaya. Saya berharap, saya akan bisa kembali ke Jogja untuk menyaksikan Festival Gamelan Internasional yang biasanya ada pada bulan Juli. Kerja keras Sapto Raharjo telah melahirkan Festival menarik ini. Juga, untuk Waljinah yang suara tembang Jawa menjadi intro dan latar lagu ini.
Lagu ini telah memicurasa kangensaya pada Jogja.
Bogor, 2/17/2007 9:19:19 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Unknown
November 18, 2008 at 7:34 AM
Saya sangat telat membaca postingan Anda di atas. Saya orang Jogja asli tersanjung atas kecintaan Anda pada Jogja. Saya juga orang yang begitu mencintai suasana Jogja, sampai teman-teman saya memanggil saja "Jawa", karena ke-Jogja-an saya yang masih kental sekalipun hampir sepuluh tahun sudah di Jakarta.
Oh Iya, Katon juga menulis lagi tentang Merapi. Liriknya sbb:
Merapi
by Katon Bagaskara
Memandang lereng merahmu
Menyala membelah gelap malam
Bagai permadani terang
Duduk diam terkesima
Dibelai angin
Jiwa lirih tergetar
Masih terus membayang
Gemuruh bersahutan
Lembah hijau terusik
Ribu doa terpanjat
Makna menghambur tinggi
Kuterbawa dalam alun legenda
Betapa kau dipuja insan sebagai pertanda
Saksi dunia kita makin menua
Dalam harap hidup damai kita tetap terjaga
Oh ... engkau merapi (2x)
Hadirmu memberi
Kesuburan sekitar
Dari masa ke masa
Tetap tegar berdiri
Dingin penuh wibawa
Salam kenal.
http://aldie.blogdetik.com
Anonymous
November 18, 2008 at 9:46 AM
Hai mas Aldie,
terima kasih sudah berkunjung ke blog ini. Saya punya keingina untuk paling tidak 2 tahun sekali ke Yogya. Akhri tahun lalu, saya dan keluarga mengisi liburan di Kasongan-Bantul dan juga Sleman. Menyenangkan sekali.
Meski suasana berubah di tempat tinggal saya dulu di dekat UGM, tetapi di desa-desa Yogya suasana tetap menyenangkan. Seperti kampung halaman kedua saya setelah Bengkulu-Sumatera.