Setengah tahun terakhir wallpaper komputer saya di kantor adalah foto rambu larangan masuk bagi Coca-Cola. Rambu itu berada di Pinggir jalan utama menuju sebuah negara bagian di India. Saya lupa dari website mana saya mendapatkan foto itu. Saya coba mencarinya namun tidak juga menemukan. Akhirnya saya menemukan website India Resource Center yang banyak memuat kisah-kisah perlawanan terhadap Coca-Cola di India.
Coca-Cola telah membawa kesengsaraan. Di India ia ditolak karena telah mengotori tanah dan air di dalamnnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Centre for Science and Environment (CSE) di India menyebutkan Coca-Cola dan Pepsico mengandung pestisida yang sangat membahayakan. Keberadaan pabrik Coca-Cola juga menyebabkan tanah di sekitarnya kekurangan air. Pabrik Coca-Cola menyedot air sebanyak 500.000 liter setiap harinya.
Majalah Tempo pernah memuat satu hasil penelitian mengenai efek negatif bagi anak-anak muda yang suka meminum Coca-Cola. Jika di masa muda suka meminum minuman ini, maka di masa tua akan mengalami keropos tulang. Padahal, target utama komsumen minuman ini adalah anak-anak muda di seluruh dunia. Impian mereka adalah semua orang di seluruh dunia mengkonsumsi produk Coca-Cola Company. Caranya adalah menjadikan minuman ringan ini sebagai simbol gaya hidup modern.
Realitas di India berbeda dengan di Indonesia. Di Nusantara ini hanya sedikit orang yang kritis terhadap keberadaan perusahaan minuman ringan dari Amerika itu. Kebanyakan orang tergila-gila ingin disebut sebagai manusia modern. Salah satu caranya adalah dengan mengkonsumsi apapun yang berasal dari barat: minuman, makanan, gaya hidup, hingga cara berpikir. Tidak peduli mereka yang berpendidikan tinggi atau tidak, kaya atau kurang mampu, tua-muda bahkan anak-anak, semua ingin modern. Tak heran jika Coca-Cola diboikot di India, di Indonesai malah berjaya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments
Post a Comment