Langkanya Rasa Peduli

Pagi ini dalam perjalanan dari halte Matraman ke Halimun, saya mendapat posisi berdiri di pinggir pintu bis Transjakarta. Persis berhimpitan dengan saya ada perempuan tua (seorang nenek) yang berjilbab besar, berkacamata, dan ternyata di balik jubahnya tersembunyi tongkat yang ia pegang dengan erat. Ada juga ibu-ibu menggendong anak kecil.

Padat sekali penumpang bis ini sebagaimana biasanya. Petugas pun meminta ibu yang menggendong anaknya untuk masuk ke dalam supaya ada yang memberi tempat duduk baginya.

"Mohon pengertiannya ya, beri tempat duduk ibu yang menggendong anaknya...!" teriak petugas.

Sebenanya di bagian tengah, arah ke belakang, ada perempuan-perempuan muda yang duduk di kursi barisan sejajar dengan pintu masuk bis. Tak satupun dari mereka memberikan tempat duduknya untuk ibu itu. Hingga akhirnya sang ibu pun menggendong anaknya ke arah belakang bis, barulah kemudian ada seorang penumpang perempuan yang memberikan tempat duduknya. Kebanyakan penumpang yang menduduki kursi adalah perempuan. Rata-rata masih muda, mungkin pekerja di bilangan Sudirman, Kuningan, dan sekitarnya. Tetapi, na'udzubillah, tak satu pun dari mereka yang tersentuh hatinya untuk memberikan tempat duduknya pada ibu yang menggendong anaknya tadi. Perempuan-perempuan muda ini, setidaknya yang terdekat dengan pintu, sibuk memainkan Blackberry di tangan mereka. Tak hanya petugas bis, saya pun merasa geram.

Read More......