Apakah ada sumbangsih Pembantu Pekerja Rumah Tangga (PRT) terhadap ekonomi nasional? Pertanyaan ini terus muncul dan membutuhkan jawaban di tengah-tengah upaya mengadvokasi Rancangan Undang-Undang Perlindungan PRT (RUU PPRT).
Setiap keluarga yang suami istri bekerja di luar rumah, baik sebagai pegawai sebuah instansi atau perusahaan, maupun memiliki usaha sendiri, pekerjaan di wilayah domestik diserahkan pada PRT. Mulai dari menyapu rumah, merawat anak serta mengantar ke sekolah, mencuci pakaian, memasak dan urusan-urusan rumah lainnya. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh PRT ini telah membuat pekerjaan-pekerjaan pencari nafkah keluarga (suami, istri atau suami dan istri) menjadi lancar karena urusan domestik mereka telah ditangani oleh PRT.
Sumbangsih PRT terhadap Ekonomi Nasional
Posted by Herman Labels: Kehidupan, Opini, Renungan, SosialPagi hingga siang tadi saya ke Jakarta Eye Center, memeriksakan mata kiri yang perih sejak tertusuk garpu. Semalam sehabis mengantarkan putra kedua imunisasi dan konsultasi ke dokter di rumah sakit Permata Cibubur, saya bermain dengan si kecil yang baru berusia 1,5 tahun. Selain itu ada pakdenya dari Cimanggis yang kebetulan mengantar pulang kami, hingga semalam bermain dengan anak-anak jadi agak lebih lama.
Usai makan malam bersama dan ngobrol-ngobrol, si kecil yang masih memegang garpu kakanya saya pangku dengan harapan bisa mengambil garpu itu. Meski sudah seringkali diingatkan bahwa garpu merupakan benda berbahaya untuk anak kecil, namun keingintahuan tak pernah urung anak saya untuk menggenggamnya. Saat di pangkuan itulah garpu secara tak sengaja menusuk mata sebelah kiri. Saya rasakan perih. Karena yakin tak akan apa-apa pada mata, saya tak langsung ke dokter meski mas Adi (pakdenya anak-anak) sudah bersedia mengantarkan. Lagi pula, waktu sudah menunjukan pukul 21.30-an saat itu.
Pagi tadi, setibanya di tempat kerja saya teringat ada Jakarta Eye Center, sebuah rumah sakit mata yang tak jauh dari tempat saya bekerja di bilangan Menteng. Usai mengisi daftar hadir dan bertegur sapa dengan beberapa teman, saya putuskan pergi ke dokter mata. Mata sebelah kiri masih terasa perih dan terlihat merah.
Usai menjalani pemeriksaan saya membayar ke kasir untuk jasa konsultasi ke dokter. Lalu beranjak ke apotek yang berada ruangan berbeda. Setelah obat siap, petugas memanggil dan membungkus obat dengan kantong plastik. Saya katakan saya tidak membutuhkan plastik itu. Saya punya kantong sendiri di dalam tas. Petugas apotek itu terheran-heran. Saya pun membuka tas punggung/ransel mengeluarkan kantong plastik yang sama, sebab sebelum mendapatkan obat saya sudah membeli vitamin yang disarankan oleh dokter selain obat yang diresepkan. Petugas itu masih terheran saat saya memasukkan obat ke dalam kantong itu. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa penggunaan plastik bisa dikurangi dengan menyatukan barang dalam satu kantong (tentu tidak untuk barang-barang yang memiliki pengaruh kimia satu sama lainnya). Sudah terlalu banyak plastik yang membebani bumi ini karena penggunaan yang terlalu berlebihan. Sepertinya di dalam keterperangahan petugas bernama Nurul itu, ia tak banyak mendapati pasien seperti ini.
Kawan-kawan, seorang teman baik saya di Yogyakarta sedang melakukan survei tentang penggunaan kantong plastik. Saya tahu betul, sejak saya mengenalnya saat masa kuliah dulu, ia peduli nian pada issue lingkungan hidup. Sudilah kawan-kawan ikut mengisi survei tentang penggunaan kantong plastik yang ia lakukan lewat jaringan internet ini. Silahkan kunjungi alamat berikut:
www.surveymonkey.com/s/surveikresek1
Terima kasih.