Korupsi di sekitar saya

Korupsi itu adalah mencuri. Menghadiri beberapa undangan, baik berupa diskusi, workshop, seminar, atau sejenisnya yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah, saya jadi menemukan satu pola yang sama dalam penyelewengan uang negara.

Ketika baru bekerja di kantor saya sekarang, beberapa kali saya harus menghadiri undangan dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Departemen Luar Negeri, dan lembaga pemerintah lainnya. Bersama dengan teman-teman Organisasi Non Pemerintah (Ornop) atau LSM saya menghadiri undangan diskusi atau workshop itu. Pernah di Kota Bogor, Puncak, atau di dalam kota Jakarta sendiri. Sudah menjadi kebiasaan setelah mengikuti acara-acara itu, para peserta mendapat uang transportasi, dalam sebuah amplop yang tertutup rapi. Saya amati beberapa kali, saat menandatangani tanda terima uang transport itu, jumlah yang tertera kadang ditutupi. Pernah juga jumlah yang tertera di daftar tanda terima yang saya tandatangani berbeda dengan jumlah uang yang ada di dalam amplop di tangan saya.

Read More......

Menjemput Kematian

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS Ali Imran: 185)

Jumat, 22 Juni 2007. Saya pulang ke rumah lebih cepat dari jam kantor seharusnya. Istri meminta saya untuk pulang pukul 16, supaya tidak kena macet, dan bisa tiba di rumah pada saat waktu shalat Maghrib. Teman kami yang dulu pernah mengontrak rumah di depan tempat tinggal kami, ingin bersama kami menghadiri undangan syukuran tetangga di ujung jalan rumah yang kami tempati sekarang. Kalau saya pulang pukul 16, kemungkinan besar tidak akan menghadapi kemacetan Jakarta. Apalagi hari Jumat sore, banyak pekerja di Jakarta akan pulang ke rumah mereka di Karawang, Bogor, Cianjur, Sukabumi, Kuningan dan sekitarnya. Menurut informasi yang pernah saya baca di majalah Femina tahun lalu, jumlah Penduduk Jakarta sebenarnya hanya 9 juta jiwa. Namun pada hari-hari kerja penduduk yang memadati Ibukota Negara ini mencapai 12 juta orang. Berarti ada sekitar 3 juta orang yang berstatus komuter.

Read More......

Asal Mula Air Langkap

Sebuah desa, dulu di kecamatan Kaur Tengah, Kabupaten Bengkulu Selatan. Desa ini secara administratif bernama Desa Sukarami. Di sini terkenal sebagai dusun Air Langkap. Membacanya begini: Aya' Langkap. Tanda baca ( ' ) sebagai pengganti huruf R dalam bahasa Indonesia. Membacanya seperti membaca huruf 'ain dalam bahasa Arab, yakni huruf ke 18 dalam susunan huruf Hijaiyah. Penduduk setempat tidak bisa menyebut huruf R seperti orang batak menyebutnya.

Dusun Air Langkap dekat dengan laut. Di pinggir laut ini ada bagian air laut yang menjorok ke daratan seperti teluk. Nah, daerah pinggir pantai yang banyak pohon kelapanya ini, air laut yang menjorok seperti teluk tersebut memiliki panjang sekitar 100-an meter dan lebar yang cukup membuatnya tampak seperti sungai. Kalau airnya sedang penuh, kedalamannya sekitar sepinggang orang dewasa. Airnya asin, karena memang ia bagian dari laut. Kalau air laut sedang pasang naik, maka ia terlihat sekali menyatu dengan laut lepas, sebab karang-karang tajam di pinggir pantai sudah tidak tampak lagi.

Read More......

Media Menulis Sejarah


Saya bukan jurnalis. Bukan pula pekerja media. Saya membaca Koran Tempo Selasa lalu. Pada bagian atas tertulis "Nuklir Iran", lalu di bawahnya dilanjutkan dengan judul berita "Pemerintah Indonesia Tidak Konsisten Soal Iran". Tadi saya cek lagi di websitenya, ternyata kata "Nuklir Iran" tidak ada di versi website. Tetapi yang tertulis di koran itu jelas mempengaruhi pembaca dalam beropini tentang Iran, menilainya dalam frame yang dikehendaki oleh koran ini supaya pembaca "menyalahkan Iran".

Read More......